Analisis Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI
KARYA ANDREA HIRATA
KERANGKA
ANALISIS NOVEL
1.
Pendahuluan
-
deskripsi ceita yang menghipnotis pembaca (3)
-
menggunakan bahasa yang unik dan khas (4)
-
alur ceritanya menarik (1)
- banyak
kisah yang menginspirasi (2)
-
terdapat nilai- nilai kehidupan (5)
-
mengisi waktu luang siswa (5)
-
melatih imajinasi siswa (3)
-
dapat menginspirasi siswa (2)
-
menumbuhkan budaya minat baca (4)
-
menambah wawasan siswa (1)
2.
Pembahasan
- Unsur Intrinsik (tema, tokoh dan penokohan,
alur dan pengaluran, latar tempat,
waktu dan suasana, amanat, dan bahasa)
- Unsur ekstrinsik (nilai sosial budaya, moral,
ekonomi, sejarah, religi, dan
pendididkan)
3.
Penutup
-
Kesimpulan (kelebihan/keunggulan dan kekurangan/kelemahan)
-
Saran (kelebihan/keunggulan dan
kekurangan/kelemahan)
1.
Pendahuluan
Penulis
menganalisis novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata karena novel tersebut mempunyai alur cerita
menarik sehingga membuat pembaca menjadi penasaran dengan kelanjutan kisah pada
novel tersebut. Pada novel Laskar Pelangi terdapat kisah yang menginspirasi
tentang kegigihan dan perjuangan anggota Laskar Pelangi dalam menempuh dunia
pendidikan dan impian mereka dalam mengejar cita-cita. Selain itu, pada novel
ini diceritakan pula perjuangan dua orang guru yang memiliki dedikasi yang
tinggi di dalam dunia pendidikan.
Novel Laskar
Pelangi mampu menghipnotis jiwa pembacanya melalui deskripsi cerita yang
dahsyat dalam novel tersebut. Novel ini dikatakan dapat mempesona pembaca
karena dapat mengalir, menyentuh, mencerahkan, dan membidik pusat kesadaran.
Penggunaan bahasa yang khas dan unik adalah untuk menemukan dan menandai ciri
umum novel ini, diantaranya penggunaan bahasa-bahasa khas melayu yang digunakan
pada novel ini. Nilai –nilai pada novel laskar pelangi dapat di teladani
dikarenakan terdapat banyak nilai kehidupan yang bisa ditiru oleh khalayak
banyak.
Kegiatan
menganalisis novel ini berguna untuk menambah wawasan membaca dan menulis. Hal ini dapat
menginspirasi siswa dalam berkarya. Kegiatan ini bertujuan melatih imajinasi
seseorang dalam menikmati karya. Selain itu, kegiatan ini bertujuan menumbuh
kembangkan budaya minat baca siswa terhadap suatu karya sastra. Kegiatan ini
juga berguna untuk mengisi waktu luang siswa untuk literasi. Oleh karena itu,
penulis menganalisis novel yang berjudul Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
diterbitkan oleh Penerbit Bentang pada tahun 2006 dengan ketebalan 534 halaman.
2. Pembahasan
Sinopsis
Cerita ini terjadi di Desa
Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Waktu itu sekolah Muhammadiyah
terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumatera Selatan jika muridnya tidak
sampai 10 orang. Ketika itu hanya 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan,
lalu tiba-tiba ada seorang siswa bersama ibunya mendaftarkan diri di sekolah
muhammadiyah. Orang tersebut bernama Harun. Mulai dari sana dimulai pertemanan
mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan,
perkenalan mereka yang luar biasa di mana a kiong yang malah cengar-cengir
ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Laskar pelangi adalah nama yang diberikan Bu Muslimah karena
kesenangan mereka terhadap pelangi dan sempat mengharumkan nama sekolah dengan
berbagai cara. Laskar pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan
menangis bersama.
Kisah sepuluh kawan ini berakhir
dengan kematian ayah lintang yang memaksa einstein cilik itu putus sekolah
dengan sangat mengharukan. Beberapa tahun kemudian, saat mereka telah beranjak
dewasa, mereka semua banyak mendapat pengalaman yang berharga dari setiap
cerita di SD Muhammadiyah. Tentang sebuah persahabatan, ketulusan yang
diperlihatkan dan diajarkan oleh bu Muslimah, serta sebuah mimpi yang harus
mereka wujudkan. Ikal akhirnya bersekolah di Paris, sedangkan Mahar dan
teman-teman lainnya menjadi seseorang yang dapat membanggakan Belitung.
Tema
Tema adalah pandangan
hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian
nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar/gagasan utama dari
suatu karya sastra (Tarigan 1993:125). Tema adalah ide yang mendasari suatu
cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan
karya fiksi yang diciptanya (Aminudin1995:91). Tema adalah
dasar atau makna sebuah cerita, tema adalah pandangan hidup tertentu atau
perasaan tertentu yang membentuk atau membangun dasar gagasan utama suatu karya
sastra, dan semua fiksi harus mempunyai dasar atau tema yang merupakan sasaran
tujuan (Rusyana 1988:67). Tema novel Laskar Pelangi karya Andre Hirata adalah Persahabatan
karena novel ini menceritakan kesepuluh orang sahabat yang menghadapi
perjuangan hidup ditengah keterbatasan . Hal ini dapat di buktikan pada kutipan
novel dibawah ini.
“Kami adalah para duta besar
yang berkuasa penuh saat musim hujan.” (halaman 171)
“Kami adalah sepuluh umpan
nasib dan kami seumpama kerang-kerang halus yang melekat erat satu sama lain
dihantam deburan ombak ilmu.” (halaman 85)
“Ketika pulang, kami
bergandengan tangan.” (halaman 427)
“Kami melepas seorang
sahabat genius asli didikan alam, salah seorang pejuang Laskar pelangi lapisan
tertinggi.”(halaman 431)
“Kami pernah tertawa,
menangis, dan menari bersama di dalam lingkaran bayang kobaran api.” (halaman
432)
Tokoh dan Penokohan
Menurut Aminudin (2002:
79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya,
pelaku cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165). Tokoh adalah salah satu unsur yang
penting dalam suatu novel atau cerita rekaan. Menurut Sudjiman (1988: 16) tokoh
adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam
berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat
juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Menurut Abrams (dalam
Nurgiyantoro 1995:165) tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan
dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan
kecenderungan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan
dan dilakukan dalam tindakan. Tokoh dan penokohan dalam novel ini diantaranya
Ikal, Pak Harfan Noor, Ibu Muslimah Hafsari, Eryn, Lintang, Mahar, Trapani,
Kucai, Sahara, Flo, A kiong, Harun, Syahdan, dan Borek yang masing-masing
memiliki penokohan yang berbeda-beda seperti protagonis dan tirtagonis.
Ikal
sebagai tokoh Protagonis
Ikal tokoh protagonis yang berkarakter
mandiri, pemikir keras, baik, berbakat, optimis dan pekerja keras. Hal ini
dapat dibuktikan pada kutipan novel dibawah ini
“Hidup membujang, mandiri,
terabaikan, bekerja sepuluh jam sehari, usia 25-30 tahun, itulah demografi yang
aku wakili.” (halaman 442)
“Lalu aku berpikir keras
untuk mencari jalan untuk meringankan beban itu (hal 250)
“Dan aku tak pernah ragu
akan jawabannya yaitu: aku paling piawai bermain bulu tangkis dan aku punya
minat sangat besar dalam bidang tulis-menulis.” (halaman 339)
“Kesimpulan itu kuperoleh
karena aku selalu menjadi juara pertama pertandingan bulu tangkis kelurahan U19
dan pialanya berderet-deret dirumahku.” (halaman 339)
“Aku rela kerja lembur
berjam-jam, membantu menerjemahkan bahasa Inggris, menerima ketikan, dan
berkorban apa saja, termasuk baru-baru ini menggadaikan sebuah tape deck,
hartaku yang paling berharga demi membiayai kuliahnya.” (halaman 443)
Pak KA
Harfan Noor sebagai tokoh Protagonis
Pak Harfan tokoh protagonis yang berkarakter
ramah, lembut, bijaksana, cerdas, demokratis dan baik. Hal ini dapat dibuktikan
pada kutipan novel dibawah ini
“
Pak Harfan menghampiri orang tua murid dan menyalami mereka satu persatu.” (halaman
6)
“
Ia mengesankan sebagai pria yang kenyang akan pahit getirnya perjuangan dan
kesusahan hidup, berpengetahuan seluas samudera, bijak, berani mengambil
resiko, dan menikmati daya tarik dalam mencari-cari bagaimana cara menjelaskan
sesuatu agar setiap orang mengerti.” (halaman 23)
“Ada
semacam pengaruh yang lembut dan baik terpancar darinya.” (halaman 23)
“Pria
ini buruk rupa dan buruk pula setiap apa yang disandangnya, tapi pemikirannya
jernih dan kata-katanya bercahaya.”( halaman 25)
“Maka
sore ini, Pak Harfan yang berjiwa demokratis, mengadakan rapat terbuka di pohon
filicium.” (halaman 222)
Erin sebagai tokoh Tirtagonis
Erin tokoh Tirtagonis yang berkarakter
cerdas, agamis, semangat, tabah dan baik hati. Hal ini dapat dibuktikan pada
kutipan novel dibawah ini
“Belakangan aku memanggilnya
awardee karena ia baru saja menerima award sebagai mahasiswa paling bermutu
disalah satu universitas paling bergengsi di negeri ini di kawasan Depok.” (halaman
443)
“Ia cerdas, agamis, cantik,
dan baik hati.” (halaman 443)
“Lelah seharian bekerja
lenyap jika melihat Eryn dan semangat belajarnya, jiwa positifnya, dan
intelegensia yang terpancar dari sinar matamya. (halaman 443)
“Pembimbingnya menuntut Eryn
menulis sesuatu yang baru, berbeda, dan mampu membuat terobosan ilmiah karena
ia adalah mahasiswi cerdas pemenang award.(halaman 444)
“Ia berusaha menguatkan diri
mendengar kenyataan yang mengahancurkan hati itu.” (halaman 449)
Ibu
Muslimah Hapsari sebagai tokoh Protagonis
Ibu Muslimah Hapsari tokoh protagonis memiliki
watak sabar, pandai, karismatik, memiliki pandangan jauh kedepan, bijaksana,
sederhana dan bertanggung jawab. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan novel
dibawah ini
“Silahkan Ananda ...,” Bu
Mus meminta sekali lagi dengan sabar. (halaman 26)
“Bu Mus adalah seorang guru
yang pandai, karismatik, dan memiliki pandangan jauh ke depan.” (halaman 30)
“Untuk Biologi,Matematika,
dan semua variannya: ilmu ukur, aritmatika, aljabar, dan Ilmu Pengetahuan Alam
bahkan Bu Mus berani bertanggung jawab untuk memberi nilai sempurna
sepuluh.”(halaman 124)
“Kali ini ibunda tidak
memberimu nilai terbaik untuk mendidikmu sendiri.”kata Bu Mus dengan bijak
kepada Mahar yang cuek saja. (halaman 190)
“Bu Mus yang berpakaian
paling sederhana dibandingkan guru-guru lain mengangguk-angguk takzim.” (halaman
382)
Lintang
sebagai tokoh Protagonis
Lintang sebagai tokoh protagonis memiliki
watak semangat tinggi, pantang menyerah, mandiri, pekerja keras dan cerdas. Hal
ini dapat dibuktikan pada kutipan novel dibawah ini
“Yang lebih menakjubkan
adalah semua pengetahuan itu ia pelajari sendiri dengan membaca bermacam-macam
buku milik kepala sekolah kami jika ia mendapat giliran tugas menyapu di
ruangan beliau.” (halaman 119)
“Delapan puluh kilometer
pulang pergi ditempuhnya dengan sepeda setiap hari.” (halaman 93)
“Hari demi hari semangat
lintang bukan semakin pudar tapi malah meroket karena ia sangat cinta sekolah,
mencintai teman-temannya, menyukai persahabatan kami yang mengasyikan, dan
mulai kecanduan pada daya tarik rahasia-rahasia ilmu. (halaman 95)
“Jika tiba dirumah ia tak
langsung beristirahat melainkan segera bergabung dengan anak-anak seusia di
kampungnya untuk bekerja sebagai kuli kopra.” (halaman 95)
“Setelah itu Lintang tak
pernah lagi minta bantuan ayahnya.”(halaman 96)
Mahar
sebagai tokoh protagonis
Mahar sebagai tokoh protagonis memiliki watak
imajinatif, cerdas, kreatif, banyak ide. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan
novel dibawah ini
“Jika Lintang memilki level intelektualitas yang
demikian tinggi maka Mahar memperlihatkan bakat seni selevel dengan tingginya
intelegensia Lintang.”
“Mahar memiliki hampir setiap aspek kecerdasan seni
yang tersimpan seperti persediaan amunisi kreativitas dalam lokus-lokus
dikepalanya.” (halaman 139)
“Mahar sangat imajinatif dan tak logis, seseorang
dengan bakat seni yang sangat besar. (halaman 143)
“Sesungguhnya, seperti Lintang, ia juga sangat cerdas,
dan aku belum pernah menjumpai seseorang dengan kecerdasan dalam genre seperti
ini.”(halaman 145)
“Ia tak pernah kehabisan
ide”( halaman 146)
“Kreativitasnya tak terduga, unik, tak biasa,
memberontak, segar, dan menerobos.” (halaman 146)
Trapani
sebagai tokoh protagonis
Trapani sebagai tokoh protagonis memiliki
watak baik, pendiam, tampan, cerdas rupawan. Hal ini dapat dibuktikan pada
kutipan novel dibawah ini
“Sekali lagi kulihat wajah
mereka, Harun yang murah senyum, Trapani yang rupawan, Syahdan yang liliput,
Kucai yang sok gengsi, Sahara yang ketus, A kiong yang polos, dan pria
kedelapan yaitu samson yang duduk seperti patung ganesha.” (halaman 85)
“Trapani agak pendiam,
otaknya lumayan, dan selalu menduduki peringkat ketiga.” (halaman 75)
“Setiap wanita muda
dipastikan bertekuk lutut, terbius seperti orang mabuk sehabis kebanyakan makan
jengkol jika melihat Trapani yang yang tampan berimprovisasi” (halaman 147)
“Adapun Trapani yang baik
dan tampan ingin menjadi guru” (halaman 344)
“Trapani adalah pria muda
yang amat tampan dan berjiwa besar”(halaman 367)
Kucai
sebagai tokoh protagonis
Kucai sebagai tokoh protagonis memiliki watak
optimis, populis, opportunis, bermulut besar, pandai bermain kata dan sok tahu
dan lemot. Hal ini dapat di buktikan pada kutipan novel dibawah ini
“Namun, kucai adalah orang
paling optimis yang pernah aku jumpai.” (halaman 69)
“Sebaliknya, ia memiliki
kepribadian populis, oportunis, bermulut besar, banyak teori, dan sok tahu.”
(halaman 69)
“Kucai memiliki network
luas.”( halaman 69)
“Ia pintar bermain dengan
kata-kata.” (halaman 69)
“Maka jika digabungkan sifat
populis, sok tahu, dan oppurtunis dengan otaknya yang lemot, kucai memiliki
semua kualitas untuk menjadi seorang politisi.”(halaman 70)
Sahara
sebagai tokoh protagonis
Sahara sebagai tokoh protagonis memiliki
watak penuh perhatian, tempramental, pintar, skeptis, jujur, susah diyakinkan
dan keras kepala. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan novel dibawah ini
“Sifatnya yang utama : penuh
perhatian dan kepala batu.” (halaman 75)
“Sahara sangat tempramental,
tapi ia pintar.” (halaman 75)
“Kebalikan dari A kiong,
Sahara sangat skeptis, susah diyakinkan, dan tak mudah dibuat terkesan.” (halaman
75)
“Ia pantang berbohong.” (halaman
75)
“Walaupun diancam akan
dicampakkan ke dalam lautan api yang berkobar-kobar, tak satu pun dusta keluar
dari mulutnya.” (halaman 75)
Flo
sebagai tokoh protagonis
Flo tokoh protagonis memiliki watak tomboi,
menawan, tegas, menyenangkan, pandai beradaptasi, cantik, setia dan rendah
hati. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan novel dibawah ini
“Florina
atau Flo yang tomboi, salah seorang siswa PN, sedang les piano.” (hlm. 46)
“Anak
Cantik ini berkarakter tegas, pasti, tahu persis apa yang ia inginkan, dan tak
pernah ragu-ragu, sebuah gambaran sikap yang mengesankan” (halaman 353)
“Meskipun
seperti laki-laki tapi ia sesungguhnya gadis remaja yang menawan, dan kulitnya
indah luar biasa.”(halaman 354)
“Ternyata
Flo adalah pribadi yang sangat menyenangkan. Ia memiliki kemampuan beradaptasi
yang luar biasa. Ia cantik dan sangat rendah hati, sehingga kami betah di
dekatnya.” (halaman 359)
“Tolong
bilang pada pria tengik ini, saya takkan pernah meninggalkan Bu Muslimah dan
sekolah Muhammadiyah.” (halaman 403)
A
kiong sebagai tokoh protagonis
A kiong tokoh protagonis memiliki watak
agnostik, setia kawan, sok tahu dan sedikit aneh. Hal ini dapat dibuktikan pada
kutipan novel dibawah ini
“A kiong malah semakin
senang. Ia masih sama sekali tak menjawab. Ia tersenyum lebar, matanya yang
sipit menghilang.” (halaman 27)
“A kiong membuat lampion
tanpa perhitungan akal sehat” (halaman 144)
“Ia adalah siswa yang tak
terlalu pintar tapi ia setia kawan.” (halaman 256)
“Mahar menarik napas lega
dan A kiong dengan wajah bloonnya ikut-ikutan bernapas lega sok tahu.” (halaman
307)
“Hampa karena cinta dan
kecewa pada masa depan membuat Akiong sempat menjalani hidup sebagai seorang
agnostik, yaitu orang yang percaya kepada Tuhan tapi tidak memeluk agama
apapun, oleh karena itu ia tidak pernah beribadah.” (halaman 464)
Harun
sebagai tokoh Protagonis
Harun tokoh protagonis memiliki watak santun,
pendiam, murah senyum, keras kepala, penyelamat dan agak terbelakang mental.
Hal ini dapat dibuktikan ada kutipan novel dibawah ini
“Pria
itu adalah Harun, pria jenaka sahabat kami semua, yang sudah berusia lima belas
tahun dan agak terbelakang mentalnya.” (halaman 7)
“Harun telah menyelamatkan kami dan kami pun bersorak.” (halaman 7)
“Harun
adalah seorang pria santun, pendiam dan murah senyum.”(halaman 76)
“Insiden
sempat terjadi pada awal pembentukan band ini karena Harun bersikeras menjadi
drumer padahal ia sama sekali buta nada dan tak paham konsep tempo” (halaman
147)
“Diperlukan
waktu berhari-hari dan permen asam jawa hampir setengah kilo untuk membujuk
Harun agar mau melepaskan jabatan sebagai drumer dan menerima promosi jabatan
baru sebagai tukang pikul drum itu kemanapun kami tampil.”(halaman 148)
Syahdan sebagai tokoh protagonis
Syahdan tokoh protagonis memiliki watak
santun, lemah lembut, pejuang, riang dan pantang menyerah. Hal ini dapat dibuktikan
pada kutipan novel dibawah ini
“Namun,
ia bertekad terus mengayuh sekuat tenaga.” (halaman 197)
“Syahdan
selalu riang menerima tugas apapun, termasuk menyiram bunga, asalkan dirinya
dapat menghindarkan diri dari pelajaran di kelas.” (halaman 197)
“Syahdan
yang kecil, santun, dan lemah lembut agaknya memang ditakdirkan untuk menjadi
pecundang yang selalu menerima perintah.” (halaman 477)
“Namun
tak disangka dibalik kelembutannya ternyata Syahdan adalah seorang pejuang.”
(halaman 478)
“Namun
Syahdan tak pernah menyerah pada cita-cita nya untuk menjadi aktor sungguhan.”
(halaman 479)
Borek sebagai tokoh Protagonis
Borek sebagai tokoh protagonis memiliki watak
nakal, susah diatur, konsisten, keras kepala, macho, penakut. Hal ini dapat di
buktikan pada kutipan novel
dibawah ini
“Kucai
didudukkan berdua bukan karena mereka mirip, tapi karena sama-sama susah
diatur.” (halaman 14)
“Agak
aneh memang, tapi paling tidak sejak usia muda Borek sudah menjadi dirinya
sendiri dan sudah tahu pasti ingin menjadi apa dia nanti, lalu secara konsisten
ia berusaha mencapainya.” (halaman 78)
“Kami
sedang benci pada Samson karena sikapnya yang keras kepala.” (halaman 425)
“Tapi,
ia dengan konyol tetap memperjuangkan pendiriannya, tak mau kalah.” (halaman
425)
“Ia
tak ingin citranya sebagai pria macho hancur hanya karena ketakutan nonton
sebuah film.” (halaman 428)
Alur
Alur adalah rangkaian
cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa, sehingga menjalin suatu
cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin,
1987:83). Alur atau plot adalah rentetan peristiwa yang membentuk struktur
cerita, dimana peristiwa tersebut sambung sinambung berdasarkan hukum
sebab-aklbat (Forster, 1971:93). Alur adalah struktur rangkaian kejadlan dalam
cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus
menandai urutan baglan-baglan dalam keseluruhan fiksi (Atar Semi, 1988:43-46).
Tahap Pengenalan
Tahap pengenalan dimulai dari saat hari
pertama penerimaan murid baru di SD Muhammadiyah yang kekurangan seorang murid
dan sekolah hampir ditutup, namun dengan kehadiran seorang murid yang bernama
Harun telah menyelamatkan pembodohan di kampung paling miskin di pulau
belitongyang kaya akan tambang timah. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan
novel dibawah ini
“Pagi itu, waktu aku masih
kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas.” (halaman 1)
“Sembilan orang... baru
sembilan orang Pamanda Guru, masih kurang satu...,” katanya gusar pada Bapak
kepala sekolah. (halaman 2)
“Guru-guru yang sederhana
ini berada dalam situasi genting karena Pengawas Sekolah dari Depdikbud Sumsel
telah memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru
kurang dari sepuluh orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus
ditutup.” (halaman 4)
“Terlalu banyak perasaan
untuk ditanggung seorang anak kecil dalam waktu demikian singkat.” (halaman 12)
“Kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD
Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiyah.” (halaman 17)
Tahap Pemunculan Konflik
Tahap pemunculan konflik dimulai ketika Bu
Mus dengan segala usaha dan semangat kesepuluh laskar pelangi mampu berjuang
dan melewati masa-masa sulit serta kebahagian bersama. Hal ini dapat dibuktikan
pada kutipan novel dibawah ini
“Setelah
seharian mengajar, beliau melanjutkan bekerja menerima jahitan sampai jauh
malam untuk mencari nafkah, menopang hidup dirinya dan adik-adiknya.” (halaman
30)
“Pada
kesempatan lain, karena masih kecil tentu saja, kami sering mengeluh mengapa
sekolah kami tak seperti sekolah-sekolah lain.” (halaman 31)
“Sementara
sekolah kampung adalah sekolah swadaya yang kelelahan menyokong dirinya
sendiri.” (halaman 61)
“Aku
tak bisa melintas, Seekor buaya sebesar pohon kelapa tak mau beranjak,
mengahalang ditengah jalan.” (halaman 87)
“Dapat
dikatakan tak jarang Lintang mempertaruhkan nyawa demi menempuh pendidikan,
namun tak sehari pun ia pernah bolos.” (halaman 93)
Tahap Klimaks
Tahap Klimaks terjadi pada saat Lintang dan
Mahar berusaha mengharumkan nama SD dan SMP Muhammadiyah lewat kemahiran dan
kepintaran mereka dalam perlombaan cerdas cermat dan karnaval saat perayaan HUT
RI dan mampu mengalahkan sekolah milik PN Timah. Hal ini dapat dibuktikan dalam
kutipan novel dibawah ini
“Para peserta PN merasa geram karena tak kebagian satu pun jawaban.
Maka mereka mencoba berspekulasi. Tujuannya bukan untuk menjawabtapi untuk
menjegal Lintang. Mereka berusaha secara tidak rasional memencet tombol secepat
mungkin.” (halaman 373)
“Sekali lagi suporter kami bergemuruh jumpalitan, tapi tiba-tiba
seseorang diantara penonton menyela, “Saudara ketua! Saudara ketua! Saudara
ketua dewan juri! Saya kira pertanyaan dan jawaban itu keliru besar!” (halaman
374)
“Aduh...! Komentar ini sudah diluar daya jangkau akalku, asing, tinggi,
dan jauh.” (halaman 375)
“Karena merasa sudah menang dengan kritiknya guru muda itu meningkatkan
sifat buruk dari sombong menjadi tak tahan pada godaan untuk meremehkan.”
(halaman 377)
“Suasana sunyi senyap dalam nuansa yang sangat tidak mengenakkan, dan
semakin tidak enak karena sang Drs. kembali mengudara dengan komentar sengak
tanpa perasaan.” (halaman 379)
Tahap Antiklimaks
Tahap antiklimaks terjadi saat Lintang si
murid jenius diantara yang lainnya meninggalkan bangku sekolah karena ia harus
mengurus adik-adiknya setelah kematian ayahnya. Disanalah akhri dari cerita
perjuangan para kesepuluh laskar pelangi. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan
novel dibawah ini
“Sekarang hari Kamis, sudah empat hari Lintang tak muncul juga.”
(halaman 429)
“Begitu banyak kesedihan kami lalui dengan Bu Mus selama hampir
sembilan tahun di SD dan SMP Muhammadiyah tapi baru pertama kali ini aku
melihatnya menangis. Air matanya berjatuhan diatas surat itu.” (halaman 430)
“Seorang anak laki-laki tertua keluarga pesisir miskin yang ditinggal
mati ayah, harus menanggung nafkah ibu, adik, kakek-nenek, dan paman-paman yang
tidak berdaya, Lintang tak punya peluang sedikit pun untuk melanjutkan sekolah.”
(halaman 430)
“Ia sekarang harus mengambil alih menanggung nafkah paling tidak empat
belas orang, karena ayahnya, pria kurus berwajah lembut itu, telah mati, karena
pria cemara angin itu kini telah tumbang.” (halaman 430)
“Dibawah pohon filicium kami
akan mengucapkan perpisahan.” (halaman 430)
Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian terjadi saat tembok PN
Timah dapat dihancurkan dan kemisikinan dapat dilawan oleh rakyat belitong. Dan
kebahagian yang akhirnya mampu diraih oleh kesepuluh laskar pelangi. Hal ini
dapat dibuktikan pada kutipan novel dibawah ini
“Pemerintah pusat yang rutin
menerima royalti dan deviden miliaran rupiah tiba-tiba seperti tak pernah
mengenal pulau kecil itu.” (halaman 482)
“Mereka memalingkan muka
ketika rakyat Belitong menjerit menuntut ketidakadilan kompensasi atas PHK
massal.” (halaman 482)
“Kehancuran PN Timah adalah
kehancuran agen kapitalis yang membawa berkah bagi kaum yang selama ini
terpinggirkan, yakni penduduk pribumi Belitong.” (halaman 485)
“Aku bangga dududk di sini
di antara para penelis, yaitu para budayawan Melayu yang selalu menimbulkan
rasa iri.” (halaman 489)
“Aku terutama bangga pada
sahabat lamaku Mahar Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin Awam, cicit langsung
tokoh besar pendidikan Belitong, Zubair.”(hlm. 489)
Latar
Latar
atau setting merupakan tempat, waktu, dan suasana yang digunakan dalam suatu
cerita(Indrawati 2009:64). Latar tempat atau latar waktu dalam karya sastra
akan mempengaruhi inti cerita dan pengambilan nilai-nilai yang ingin
diungkapkan pengarang(Kusnadi Dkk 2009:60). Latar cerita atau setting ialah
sesuatu keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah cerita(Suparmin “2009:54).
Latar Tempat
Latar tempat yang digunakan pada novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata adalah di sekolah, di bawah pohon, di gua dan di
rumah. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan novel dibawah ini
“Bu Mus yang semakin khawatir memancang pandangannya ke jalan raya di
seberang lapangan sekolah berharap kalau-kalau masih ada pendatang baru.”
(halaman 4)
“Namun ketika beliau akan mengucapkan kata pertama Assalamu’alaikum
seluruh hadirin terperanjat karena Trapani berteriak sambil menunjuk ke pinggir
lapangan rumput luas halaman sekolah itu.” (halaman 6)
“Kucai mengangkangi dahan tertinggi, sedangkan Sahara, satu-satunya betina dalam kawanan itu, bersilang kaki di
atas dahan terendah.” (halaman 159)
“Kami terus merambah masuk sampai beratus-ratus meter tapi tak
menemukan tanda-tanda gua itu akan berakhir.” (halaman 396)
“Kotak kapur yang ada tulisan pesan A ling itu kusimpan di kamarku
seperti benda koleksi yang bernilai tinggi.” (halaman 258)
Latar Waktu
Latar waktu yang digunakan pada novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata adalah pagi hari, sore hari, dan malam hari. Hal
ini dapat dibuktikan pada kutipan novel dibawah ini
“Pagi itu, waktu aku masih
kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas.” (halaman 1)
“Sebaliknya, bagiku pagi itu
adalah pagi yang tak terlupakan sampai puluhan tahun mendatang karena pagi itu
aku melihat Lintang dengan canggung menggenggam sebuah pensil besar yang belum
diserut seperti memegang sebilah belati.” (hlm. 14)
“Pagi ini Lintang terlambat
masuk kelas.” (halaman 87)
“Situasi makin kacau ketika
sore itu berita kunjungan burung pelintang pulau menyebar ke kampung dan
beberapa nelayan batal melaut.” (halaman 187)
“Malam minggu ini kami
menginap di Masjid Al Hikmah karena setelah shalat subuh nanti kami punya acara
seru, yaitu naik gunung!.” (halaman 285)
Latar Suasana
Latar suasana yang ditampilkan dalam novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata adalah menyenangkan, menegangkan,
menyedihkan. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan novel dibawah ini
“Ketika Lintang mengangkat tinggi-tinggi trofi besar
kemenangan, Harun bersuit-suit panjang seperti koboi memanggil pulang
sapi-sapinya, dan disana, disebuah tempat duduk yang besar, ibu Frischa
berkipas-kipas kegerahan, wajahnya menunjukkan sebuah ekspresi seolah saat itu
dia sedang tidak duduk di situ.” (halaman 384)
“Suasana kelas menjadi tegang.” (halaman 351)
“Aku tak sanggup menatap wajahnya yang pilu dan kesedihanku yang mengharu biru
telah mencurahkan habis air mataku, tak dapat ku tahan-tahan sekeras apapun aku
berusaha.” (halaman 433)
“Kami semua sesenggukkan.” (halaman 433)
“Bibir Bu Mus bergetar menahan tangis, matanya
semerah saga.” (halaman 433)
Amanat
Waluyo
(2006:29) menyatakan jika tema berkaitan dengan arti, maka amanat berkaitan
dengan makna. Selanjutnya, ia menyatakan bahwa tema bersifat sangat lugas,
objektif, dan khusus, sedangkan amanat bersifat kias, subjektif, dan umum.
Amanat atau nilai moral merupakan unsur isi dalam karya fiksi yang mengacu pada
nilai-nilai, sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan yang dihadirkan
pengarang melalui tokoh-tokoh di dalamnya (Kenny, 1966: 89 via Nurgiyantoro,
2009: 321). Amanat menurut Siswandarti (2009: 44) adalah pesan-pesan yang ingin
disampaikan pengarang melalui cerita, baik tersurat maupun tersirat. Amanat
yang terdapat pada novel Laskar Pelangi diantaranya jangan mudah mengeluh,
jangan menjadi orang sombong, jangan pesimis menghadapi sesuatu, jangan mudah
pasrah terhadap sesuatu, Hal ini dapat
di buktikan pada kutipan novel dibawah ini
“Pada kesempatan
lain, karena masih kecil tentu saja, kami sering mengeluh mengapa sekolah kami
tak seperti sekolah-sekolah lain.” (halaman 31)
“Namun kesombongan
membutakan mata dan menulikan telinga mereka, hingga mereka musnah dilamun
ombak.” (halaman 22)
“Semangat besarku
untuk sekolah perlahan-lahan runtuh,” (halaman 6)
“Ia memang sangat
pesimis dan hanya ingin menjadi tukang sobek karcis sekaligus sekuriti di
Bioskop Kicong karena ia bisa gratis menonton film.” (halaman 343)
“Kami sudah pasrah
di atas perahu yang terangkat tinggi lalu terhempas dahsyat bak sepotong busa di
atas samudra yang mengamuk.” (halaman 410)
Bahasa
Tarigan
(1989:4) berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barang
kali juga sistem generative dan Walija (1996:4) Menurut Walija pengertian
Bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap serta efektif untuk menyampaikan
ide, pesan, maksud, perasaan serta pendapat kepada orang lain sedangkan
Pengabean (1981:5) mendefinisikan bahasa sebagai suatu sistem yang mengutarakan
serta melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf. Pada Novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata menggunakan gaya bahasa campuran. Hal ini dapat
dibuktikan pada kutipan novel dibawah ini
“Papilio
blumei, kupu-kupu tropis yang menawan bewarna hitam bergaris biru-hijau itu
mengunjungi pucuk filicium.” (halaman 157)
“Kehadiran
mereka semakin cantik karena kehadiran kupu-kupu kuning berbintik metalik yang
disebut pure clouded yellow.” (halaman 157)
“Tak
lama kemudian, seperti tumpah dari langit, ikut bergabung kupu-kupu lain,
danube clouded yellow.” (halaman 157)
“Hanya
para ahli yang dapat membedakan pure clouded yellow dengan danube clouded
yellow, berturut-turut nama latin mereka colias crocea dan colias myrmidone.”
(halaman 157)
“Kupu-kupu
clouded yellow dan papilio blumei saling bercengkrama dengan harmonis seperti
sebuah reuni besar bidadari penghuni berbagai surga dari agama yang
berbeda-beda.” (halaman 158)
Nilai-nilai Kehidupan
Gordon Allfort mengemukakan bahwa nilai adalah
keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya, (1964: 9) dan
Kuperman berpendapat bahwa nilai adalah
patokan normative yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya
diantara cara-cara tindakan alternative (1983: 9) sedangkan Brameld Kluckhohn
mendefinisikan nilai sebagai konsepsi ( tersurat atau tersirat, yang sifatnya
membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan,
yang mempengaruhi tindakan pilihan
terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir (1957: 9). Nilai-nilai
kehidupan yang terkandung dalam novel ini meliputi nilai sosial, agama, ekonomi
dan pendidikan.
Nilai
Sosial
Alvin L. Bertrand berpendapat bahwa nilai sosial adalah suatu kesadaran
yang disertai emosi yang relative lama hilangnya terhadap suatu objek, gagasan,
atau orang dan Robin Williams menyatakan pendapatnya bahwa nilai sosial adalah
hal yang menyangkut kesejahteraan bersama melalui konsensus yang efektif di
antara mereka, sehingga nilai-nilai sosial dijunjung tinggi oleh banyak orang
sedangkan Young mendefinisikan nilai sosial sebagai asumsi-asumsi yang abstrak
dan sering tidak disadari tentang apa yang benar dan apa yang penting. Pada novel ini banyak sekali
unsur-unsur sosial dan budaya masyarakat yang bertempat tinggal di Belitong.
Adanya perbedaan status antara komunitas buruh tambang dan komunitas pengusaha
yang dibatasi oleh tembok tinggi merupakan latar belakang sosial. Dimana
interaksi antara kedua komunitas ini memang ada dan saling ketergantungan.
Komunitas buruh tambang memerlukan uang untuk melanjutkan kehidupan, sedang
komunitas pengusaha memerlukan tenaga para buruh tambang untuk menjalankan
usaha mereka. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan novel dibawah ini
“Sekolah Muhammadiyah tak pernah dikunjungi pejabat,
penjual kaligrafi, pengawas sekolah, apalagi anggota dewan.” (halaman 18)
“Sekolah kami tidak dijaga karena tidak ada benda
berharga yang layak dicuri.” (halaman 18)
“Kasta majemuk itu tersusun rapi mulai dari para
petinggi PN Timah yang disebut “orang staff” atau urang setap dalam dialek
lokal sampai pada para tukang pikul pipa diinstalasi penambangan serta warga
suku Sawang yang menjadi buruh-buruh yuka penjahit karung timah.” (halaman 41)
“Sekolah-sekolah PN Timah yaitu TK,SD, dan SMP PN
berada dalam kawasan gedong.” (halaman 57)
“Sekolah ini demikian kaya raya karena didukung
sepenuhnya oleh PN Timah, semua korporasi yang kelebihan duit.” (halaman 57)
Nilai Agama
Latar
belakang religi atau agama yang ditampilkan pada novel Laskar Pelangi sangat
terlihat. Nuansa keislamanya begitu kental. Hal ini dapat dibuktikan pada
kutipan novel dibawah ini
“Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih
banyak,” demikian Bu Mus selalu menasihati kami. (halaman 31)
“Bukankah ini kata-kata yang diilhami surah An-Nisa
dan telah diucapkan ratusan kali oleh puluhan khatib? Sering kali dianggap
sambil lalu saja oleh umat.” (halaman 31)
“Kata-kata itu mengajarkan arti penting memegang
amanah sebagai pemimpin dan Al-Quran mengingatkan bahwa kepemimpinan seseorang
akan dipertanggung jawabkan nanti di akhirat....” (halaman 71)
“Namanya A Ling...!” bisiknya ketika kami sedang
khatam Al-Quran di Masjid Al Hikmah.” (halaman 253)
“Jaga adatmu di muka kitab Allah anak muda!!”
(halaman 253)
Nilai Ekonomi
Sebagian
besar masyarakat Belitong mengabdikan dirinya pada perusahaan-perusahaan timah.
Digambarkan dalam novel bahwa Belitong adalah pulau yang kaya akan sumber daya
alam. Namun tidak semua masyarakat Belitong bisa menikmati hasil bumi itu. PN
memonopoli hasil produksi, sementara masyarakat tertindas di tanah mereka
sendiri. Latar belakang ekonomi dalam novel laskar pelangi diambil dari
kacamata masyarakat belitong yang kebanyakan tingkat ekonominya rendah. Hal ini
dapat dibuktikan pada kutipan novel dibawah ini
“Lahan itu secara disebut kuasa penambangan dan
secara ketat dimonopoli.” (halaman 39)
“PN amat kaya.” (halaman 39)
“Ia menyerap hampir seluruh angkatan kerja di
Belitong dan menghasilkan devisa jutaan dolar.” (halaman 39)
“Sejak zaman penjajahan, sebagai palatform
infrastruktur ekonomi, PN tidak hanya memonopoli faktor produksi terpenting
tapi juga mewarisi mental bobrok feodalistis ala Belanda.” (halaman 40)
“Sementara seperti sering dialami oleh warga pribumi
di mana pun yang bersumber daya alamnya dieksploitasi habis-habisan, sebagai
komunitas di Belitong juga termarginalkan dalam ketidakadilan kompensasi tanah
wilayah, persamaan kesempatan, dan trickle down effects.” (halaman 40)
Nilai Pendidikan
Dalam
novel ini terkandung banyak nilai pendidikan yang disampaikan. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan novel
dibawah ini
“Untuk biologi, matematika dan semua variannya :
ilmu ukur, aritmatika, aljabar, dan ilmu pengetahuan alam bahkan bu Mus berani
bertanggung jawab untuk memberi nilai sempurna: sepuluh.” (halaman 124)
“Maka seni suara adalah mata pelajaran yang paling
tidak prospektif di kelas kami.” (halaman 132)
“Kami baru saja bisa mencongak, dia sudah pintar membagi angka desimal,
menghitung akar, dan menemukan pangkat, lalu, tidak hanya menggunakan, tapi
juga mampu menjelaskan hubungan keduanya dalam tabel logaritma.” (halaman 106)
“Mungkin kami telah belajar bahasa Inggris dengan
pendekatan yang keliru, tapi cara ini efektif.” (halaman 117)
“Bahwa sore ini mereka akan menari-nari di
pucuk-pucuk filicium.” (halaman 159)
3. Penutup
Novel laskar
pelangi karya Andrea Hirata menggambarkan kisah sepuluh orang sahabat yang
berjuang ditengah keterbatasan. Dalam novel ini benar-benar memberikan
inspirasi bagi siapa saja yang ingin sukses dan berhasil. Lalu terdapat hubungan
satu bagian dengan bagian yang lain yang harmonis serta dapat menimbulkan rasa
penasaran bagi pembaca, karena dalam penceritaan isi novel tidak
berbelit-belit. Di dalam novel ini juga terdapat arti dari perjuangan hidup
dalam menghadapi kemiskinan dan cita-cita yang tinggi dan mulia. Namun, bahasa yang digunakan dalam novel Laskar
Pelangi adalah Bahasa Indonesia tetapi juga tidak jarang dapat dijumpai bahasa
daerah yang digunakan pada novel ini. Sehingga agak sedikit membingungkan
pembaca akan arti tersebut. Pada novel ini terdapat bagian yang sedikit
membingungkan pembaca, dimana cerita ini seharusnya sudah ditutup pada bab 33
Anarkoisme, yang menceritakan kejatuhan Babel (Bangka Belitung) yang dahulu
bergelimang Timah. Lalu ada bab 34 Gotik
yang menjadi ekor cerita yang membingungkan karena tokoh utama “aku” tiba-tiba
menjadi orang lain, dan bukan lagi ikal.
Novel ini layak
dibaca oleh seluruh kalangan baik anak-anak maupun dewasa karena novel ini
dapat memotivasi pembaca karena novel ini mengisahkan perjuangan 10 orang
sahabat dalam mengejar impiannya. Akan tetapi akan lebih baik lagi jika
penggunaan nama-nama ilmiah dikurangi, agar tidak membingungkan pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Hirata
Andrea. 2008. Laskar Pelangi. Yogyakarta
: Bentang Pustaka
Kosasih.
2006. Ketatabahasaan dan Kesastraan.
Jakarta : Gramedia
Burhan
Nurgiantoro. 1955. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Atmazaki.
1990. Ilmu Sastra Teori dan Terapan.
Padang : Angkasa Kaya
Tirto
Suwendo. 2001. Analisis Struktural salah
satu model pendekatan dalam penelitian sastra dalam metodologi penelitian
sastra Jobrahim (Ed). Yogyakarta : PT. Hanindita Grahamedia
Komentar
Posting Komentar